Senin, 07 Januari 2019

Cukup Satu Alat Ukur

Setidaknya itu yang jadi kesimpulan dari beberapa waktu saya mengamati seluruh progress dalam kegiatan sehari-hari dalam pola diet ini. Dimanapun berada, timbangan adalah hal yang selalu ingin segera dipanjat ketika tampak di depan mata. Gak peduli dia digital atau analog - dengan membawa ekspektasi bahwa angkanya gak akan lebih dari 70 dan ketika ternyata gak sesuai pasti langsung hati meringis2 gak rela buat menerimanya. Alhasil kalau mood lagi bagus akan langsung bertekad: mulai diet lagi! Sementara kalau lagi kesel dalam hati bilang: percuma ajah diet keras-keras kalo hasilnya gini-gini juga.

Kemarin, senin 070119 saya berupaya meskipun masih gagal:
Pagi - REY + Kopi + VCO + Santan, di jalan minum 2 gelas air putih dari Grabnya karena dia siapin
Siang - Gurame saos telur asin + tumis pare + tempe mendoan + tahu kerecek di Top Java
Sore - meeting di Trisakti, dikasih minum air mineral dan langsung jalan pulang ke Bogor via Damri
Malam - pisang ambon yang ada di rumah, gak makan yang lainnya lagi

Satu nasehat kecil buat saya, jangan khawatir - cuma akan mengurangi keceriaan hari ini dan tidak akan meringankan beban urusan di kemudian hari. Sometimes we just have to let it go untuk sesuatu yang gak pernah kita bisa ubah, terutama jika itu berkaitan dengan sifat dasar seseorang. Jika kita merasa layak dengan yang lebih baik - pursue it!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar